INTEGRATED ARTS

Ketika hidup manusia semakin dikelola oleh teknologi digital dan kultur visual, salah satu fenomen paradoksal yang menarik muncul di bidang seni; bidang yang secara substansial menjaga keunikan manusia sebagai mahluk berjiwa. Di satu pihak seni merebak dalam media dan menjadi kultur visual banal yang merasuki segala lini, semacam euforia estetik, “everything is art”. Di pihak lain, pada dunianya sendiri yang eksklusif (art world) seni konon justru ‘berakhir’ , “The end of art” kata Arthur Danto dan kawan-kawannya, dalam arti: seni justru menjadi sangat filosofis, berfokus pada pemikiran reflektif, dan cenderung elitis.

Di antara dua jalur bertegangan itu, yang menarik adalah tendensi ketiga di tengahnya, yakni kecenderungan kolaborasi, baik antara bidang-bidang seni yang tadinya terpisah, maupun antara seni dan iptek (STEAM- Science, Technlogy, Engineering, Arts & Mathematics): ”Integrated Arts”. Semua gejala ini menunjukkan bahwa dari berbagai sisi, seni memang tetaplah sesuatu yang vital bagi hidup manusia. Maka perlulah dikaji lebih dalam keterkaitan antara seni dengan filsafat, dengan kultur digital, maupun dengan kultur visual kini. Ini bahan kajian seminar pada hari kedua.

Seminar hari kedua akan menghadirkan pembicara antara lain:

1. 1. Prof. Dr. I. Bambang Sugiharto (Guru Besar Fakultas Filsafat Unpar)
2. 2. Theo Frids M. Hutabarat, S.Sn., M.Sn. (Dosen Filsafat Seni Terpadu Unpar)
3. 3. Riar Rizaldi (Artist and Researcher; Ph.D candidate at School of Creative Media, City University of Hongkong)

dengan moderator:

1. 1. Tri Joko Her Riady, S.S., M.A. (Dosen Filsafat Seni Terpadu Unpar)
2. 2. Yohanes Simadinata, B. Mus., M.Mus. (Dosen Filsafat Seni Terpadu Unpar)
3. 3. Elizabeth Raisa Tanawi, BA. (Hons.)., M.A. (Dosen Filsafat Seni Terpadu Unpar)