Jawab Tantangan Global Megatrend 2045, Inovasi Pembelajaran Kampus Diperlukan

UNPAR.AC.ID, Bandung –  Pada abad 21, dunia menghadapi perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat. Megatrend dunia pada tahun 2045 berupa demografi dunia, urbanisasi global, perdagangan internasional, keuangan global, kelas pendapatan menengah, persaingan sumber daya alam, perubahan iklim, kemajuan teknologi, perubahan geopolitik, dan perubahan geoekonomi sudah didepan mata.

Tuntutan pencapaian sustainable development goals di tahun 2030 menjadi keharusan demi menjaga keberlanjutan generasi mendatang. Ini mendorong perlunya inovasi pembelajaran mahasiswa, tidak hanya menggunakan sumber belajar internal, tetapi juga eksternal dengan memanfaatkan teknologi. Revolusi industri 4.0 telah membawa pada konsekuensi Society 5.0, dimana perkembangan yang ada telah mengubah tatanan dunia secara destruktif.

Hal tersebut disampaikan Dr. Sylvia Fettry Elvira Maratno, SE., SH., MSi., Ak., CA. dalam Orasio peringatan Dies Natalis ke-67 Fakultas Ekonomi Universitas Katolik Parahyangan (FE UNPAR) dengan tajuk “Implementasi Merdeka Belajar Kampus Merdeka di Perguruan Tinggi Dalam Menjawab Tantangan Industri 4.0” pada Kamis  (27/1/2022) yang berlangsung secara hybrid.

Sylvia mengatakan, dengan revolusi teknologi yang ada, maka pola berpikir dan cara berkegiatan telah berubah baik dari segi skala ruang lingkup maupun kompleksitas. Pekerjaan yang bersifat repetitif atau berulang akan digantikan dengan otomasi.

Menurut dia, akan ada peluang pekerjaan baru yang sebelumnya tidak pernah ada dan segala sesuatu telah bertransformasi dibandingkan dengan era sebelumnya. Dimana di era ini ketidakpastian menjadi situasi dan kondisi yang akan dihadapi terus-menerus. 

“Kita harus memiliki kemampuan untuk memprediksi masa depan dengan dapat mengantisipasi segala risiko yang ada,” tuturmya.

Dia juga berkata apabila era industri 4.0 harus dihadapi dengan berbagai persiapan ekstra demi menghasilkan lulusan yang memiliki kompetensi yang sesuai dengan tuntutan kebutuhan yaitu kompetensi abad ke-21.

“Antara lain dengan proses pendidikan dengan model pembelajaran yang baru dengan bercirikan kreatif, inovatif, dan adaptif,” kata Sylvia.

Sylvia menyampaikan terdapat 5 kelompok kompetensi pada abad 21 ini, yaitu literasi digital, pemikiran yang intensif, komunikasi efektif, produktivitas tinggi, dan nilai spiritual serta moral.

Disamping itu, Sylvia mengatakan kompetensi general dan profesi masa depan dapat dideskripsikan menjadi keterampilan yang  dikenal dengan 4C, yaitu critical thinking skills, creative thinking skill, communication skill, dan collaboration skill.

“Keempat keterampilan ini kemudian ditambah dengan dua keterampilan lain yaitu computational thinking dan competition thinking sehingga menjadi 6C yang menjadi kebutuhan di era revolusi industri 4.0 dengan karakteristik teknologi digital yang berkembang sangat pesat,” tutur Sylvia.

Keterampilan 6C tersebut, lanjutnya, ditanamkan dengan berbagai macam proses pembelajaran. Dengan adanya kebijakan Merdeka Belajar kampus Merdeka (MBKM) diharapkan proses pembelajaran di perguruan tinggi menjadi lebih otonom dan fleksibel.

“Dengan kultur belajar yang lebih inovatif, tidak mengekang, dan sesuai dengan kebutuhan,” katanya.

Melalui kesempatan ini, Sylvia berharap mahasiswa dapat mengembangkan kreativitas kapasitas kepribadian dan kemandirian dalam mengalami langsung kenyataan dan dinamika lapangan yang betul-betul nyata dan beragam.

“Pada akhirnya kebutuhan akan link and match dengan dunia usaha dan dunia industri dapat terpenuhi. Dimana lulusan telah dipersiapkan masuk dunia kerja sejak awal,” ucapnya.

Dia menyebutkan, bentuk kegiatan pembelajaran di luar prodi tersebut telah diterapkan di UNPAR, yaitu, program pertukaran pelajar atau pertukaran mahasiswa, program magang atau praktek kerja, program asistensi mengajar di satuan pendidikan, program riset atau penelitian, program proyek kemanusiaan, program wirausaha, program studi atau proyek independen, program membangun desa dalam proyek kuliah kerja nyata tematik, program proyek lingkungan hidup, dan program bela negara.

Untuk memperlancar koordinasi yang bersifat lintas unit tersebut, Sylvia menjelaskan apabila MBKM UNPAR telah membentuk Kantor Sekretariat MBKM UNPAR dan telah memiliki website khusus yaitu MBKM.UNPAR. AC.ID serta telah mengembangkan Sistem Informasi SI kerja sama (SIKERMA), SI MBKM, SI Mitra Kerja Sama, dan SI Mitra MBKM.

“Yang mengakomodir integrasi administrasi kerjasama MBKM yang bersifat lintas sistem Unpar dan mitra,” ucap Sylvia.

Dia juga mengatakan keberhasilan kegiatan MBKM sangat ditentukan oleh jalinan kemitraan yang baik. Unsur pentahelix, antara akademisi bisnis, government, komunitas, dan media perlu bekerja sama untuk memastikan kegiatan MBKM berjalan dengan baik.

Melalui MBKM, setiap mahasiswa dapat memiliki program yang khas, unik, dan pengembangan diri yang tetap dalam bingkai profil lulusan dan kompetensi yang ditetapkan sebagai capaian pembelajaran lulusan program studi. 

“Dengan implementasi MBKM diharapkan lulusan yang dihasilkan mumpuni secara pengetahuan, cakap dalam keterampilan, dan memiliki soft skill yang baik,” katanya.

Sylvia berharap melalui MBKM, lulusan dapat memiliki kemampuan untuk belajar sepanjang hayat, menjadi lulusan yang profesional serta  kuat dedikasinya bagi bangsa, selalu belajar hal baru, menguasai Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) terbaru, memiliki kemampuan inovasi yang kuat sehingga dapat menciptakan lapangan kerja.

“Semoga Universitas Katolik Parahyangan dapat bertransformasi menjadi universitas 4.0 yang menjadi rujukan di ekosistem riset dan inovasi dalam era industri 4.0 ini sehingga berkontribusi nyata pada visi Indonesia 2045 yang berdaulat, maju, adil dan makmur,” tuturnya. 

Acara Dies Natalis ke-67 FE tersebut ditutup dengan pemberian penghargaan kepada para mahasiswa berprestasi, serta pemotongan kue dan peniupan lilin sebagai bentuk simbolis perayaan Dies Natalis. (Ira Veratika SN/RAM-Humkoler UNPAR)

Artikel Jawab Tantangan Global Megatrend 2045, Inovasi Pembelajaran Kampus Diperlukan diambil dari situs web Universitas Katolik Parahyangan.

Berita Terkini

Menilik Relasi Masyarakat Baduy dan Agama dalam Sudut Pandang Geise

Menilik Relasi Masyarakat Baduy dan Agama dalam Sudut Pandang Geise

UNPAR.AC.ID, Bandung – Sampai saat ini, masyarakat sering kali menghakimi atau mendiskriminasi suatu golongan tertentu yang masih kental dengan adat serta budaya seperti masyarakat adat, serta mengaitkannya dengan agama. Namun, Mgr. Geise, seorang misionaris sekaligus...

Kontak Media

Divisi Publikasi

Kantor Pemasaran dan Admisi, Universitas Katolik Parahyangan

Jln. Ciumbuleuit No. 94 Bandung
40141 Jawa Barat

Feb 3, 2022

X