Kolaborasi Seni Integrated Arts UNPAR dalam Pameran Perdana 45 Karya Mahasiswa

UNPAR.AC.ID, Bandung – Sebanyak 45 karya mahasiswa Integrated Arts Universitas Katolik Parahyangan dipamerkan dalam pameran studio perdana bertajuk Motifs: Commencier, di kampus Fakultas Filsafat, Jalan Nias, Kota Bandung yang berlangsung pada 21-23 Januari 2022. Para mahasiswa semester pertama dan tiga berkolaborasi dan menampilkan kemampuan dan pengetahuannya dalam proses berkarya selama satu semester.

Dari sekian banyak bidang seni, mahasiswa Integrated Arts menyajikan seni rupa & desain, seni musik, seni pertunjukan, manajemen seni & kuratorial, serta penulisan kreatif sebagai sebuah referensi.

Para mahasiswa semester tiga yang telah mengalami penjurusan studio menunjukkan karya masing-masing dari peminatan studio. Sementara mahasiswa semester pertama akan menampilkan karya-karya basic dari kelima studio. 

Pameran ini merupakan pameran perdana dari mahasiswa Integrated Arts dan akan dilakukan setiap akhir semester.  Bukan hanya untuk penilaian akhir semester, pameran ini pun menjadi ajang bagi para mahasiswa untuk memamerkan karya dan proses mereka selama setiap semesternya.

Selain memamerkan karya mahasiswa, berlangsung pula sesi diskusi bersama Guru Besar Fakultas Filsafat UNPAR Prof.Dr. Bambang Sugiharto mengenai response terhadap karya-karya yang nantinya akan menjadi penilaian bagi penentuan studio mahasiswa semester pertama. Di hari terakhir pameran, diselenggarakan juga workshop bagi pelajar sekolah menengah atas (SMA) dengan narasumber Bagus Pandega. 

Adapun judul dari pameran ini adalah Motifs. Motifs merupakan kepanjangan dari Monde Creatifs yang artinya dunia kreatif. Judul ini merupakan judul besar yang akan memiliki sub-judul lain yang akan dipakai di setiap pameran. Adapun sub-judul yang digunakan pada pameran ini adalah “commencier” yang memiliki arti “permulaan”. 

Kurang lebih 45 karya yang meliputi karya seni dari berbagai aspek kesenian ditampilkan. Ada juga live performance yang diselenggarakan bersamaan dengan pameran. 

Adapun mahasiswa yang terlibat dalam pameran tersebut Jiva Saucha Mochamad, Antonia Dian Putri, Munggaran S.P, Geraldy Louis, Rita Nauli Victoria, Kasih Karunia Indah, Arya Prakasa, Demas Aryasatya, Indira Tamaya, Muhammad Fathan, Charity Damarisa, M. Farhan Putra, Maria Jessa, dan Jennifer.

Sensibilitas Seni

Dalam diskusi yang berlangsung pada Sabtu (22/1/2022) lalu bersama Guru Besar Fakultas Filsafat Prof.Dr. Bambang Sugiharto dan dipandu dosen Integrated Arts Theo Frids M. Hutabarat, S.Sn., M.Sn., dibanding dengan sekolah seni yang konvensional, ada karakter eksperimental di program Integrated Arts. 

“Pameran ini semacam memperlihatkan sejauhmana eksperimen ini jalan dan hasilnya seperti apa. Seni saat ini lebih pada ide, gagasan, dibalik bentuk apapun itu, baik music maupun tulisan. Segala hal saat ini bisa disebut sebagai seni,” ujar Prof. Bambang.

Menurut dia, sensibilitas dalam proses berkesenian menjadi penting bagi seorang seniman. Tahap eksplorasi yang nantinya terartikulasi dalam berbagai bentuk ide/gagasan menjadi hal dasar yang akan terus berlangsung signifikan.

“Eksplorasi ini adalah basic, dan dari sudut itu tampak intens. Seni dalam hal ini bisa disebut sebagai permainan. Intensitas bermain dengan bentuk, perasaan, imajinasi dan sebagainya menjadi sangat penting. Sebagai seniman, mereka akan menemukan sendiri style yang menjadi penting dalam karya seni,” tuturnya.

Prof. Bambang menuturkan, seni sendiri berubah terus dan pada akhirnya seni mutakhir sekarang itu kekuatannya lebih pada ide yang menjadi lebih penting. Menemukan sensibilitas untuk sampai ke ide yang dituangkan dalam karya. 

Sementara itu, Theo Frids yang juga merupakan Koordinator Integrated Arts UNPAR mengungkapkan, manusia memiliki kapasitas untuk merasakan sesuatu, dimanifestasikan menjadi karya, dan menjangkau publik seluasnya. Karya seni, lanjut dia, menjadi jembatan antara seniman dengan publik.

“Kekuatan seni lebih terletak pada dampak bagi public. Ketika sudah menjadi konsumsi publik, karya seni menjadi otonom. Karya seni bisa ditafsirkan apapun oleh publik, bahkan di luar dugaan senimannya,” ucap Theo.

Antonia Dian Putri-mahasiswa Integrated Ars angkatan 2020-menuangkan kegelisahan dalam setiap guratan di lukisan Ngunduh Wohing Pakarti berupa potret diri. Dalam bahasa Indonesia dipahami sebagai suatu pepatah tentang memetik buah akibat perbuatan. Pengertian ini diambil oleh sang seniman sebagai bentuk ungkapan akan ‘buah’ yang dipetik oleh manusia dari perbuatannya terhadap lingkungan alam serta upaya manusia untuk menutup mata/memalsukan kerusakan itu. Kemudian ditumpahkan dalam bentuk potret diri sang seniman dengan bunga layu kering yang diwarnai ulang (seolah dipalsukan kerusakannya).

“Dalam karya saya itu, insight-nya dari diri saya sendiri. Bagaimana saya melihat diri saya sendiri dan butuh proses lama sekali. Saya merasa kalau sesungguhnya banyak sekali perusakan yang sudah terjadi di alam, tapi ada yang ibaratnya menutup mata ‘masih indah kok’. Terus saya mengkorelasikan dengan diri saya, dimana sebenarnya saya sendiri juga serupa dengan orang-orang itu,” kata Putri. (Ira Veratika SN-Humkoler UNPAR)

Artikel Kolaborasi Seni Integrated Arts UNPAR dalam Pameran Perdana 45 Karya Mahasiswa diambil dari situs web Universitas Katolik Parahyangan.

Berita Terkini

Menilik Relasi Masyarakat Baduy dan Agama dalam Sudut Pandang Geise

Menilik Relasi Masyarakat Baduy dan Agama dalam Sudut Pandang Geise

UNPAR.AC.ID, Bandung – Sampai saat ini, masyarakat sering kali menghakimi atau mendiskriminasi suatu golongan tertentu yang masih kental dengan adat serta budaya seperti masyarakat adat, serta mengaitkannya dengan agama. Namun, Mgr. Geise, seorang misionaris sekaligus...

Kontak Media

Divisi Publikasi

Kantor Pemasaran dan Admisi, Universitas Katolik Parahyangan

Jln. Ciumbuleuit No. 94 Bandung
40141 Jawa Barat

Jan 25, 2022

X