Hari Studi FISIP UNPAR: Berdamai dengan Beban Digital

Dalam rangka Dies Natalis ke 60 tahun, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Katolik Parahyangan (FISIP UNPAR) menyelenggarakan rangkaian Hari Studi sebagai sebuah momen untuk kembali belajar. Sejalan dengan tema Dies Natalis kali ini yaitu “Membangun Masyarakat Digital yang Bermartabat”, topik dalam Hari Studi pada Rabu (18/8/2021) lalu ada “Mindfulness: Berdamai dengan Beban Digital” yang akan dijelaskan oleh Romo Aloys Budi Purnomo Pr. dari Universitas Katolik Soegijapranata Semarang.

Dekan FISIP UNPAR Dr. Pius Sugeng Prasetyo, M.Si dalam sambutannya mengatakan bahwa rangkaian Hari Studi Dies Natalis ke-60 FISIP UNPAR telah diawali dengan Misa Syukur  yang dipimpin oleh Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Alumni C. Harimanto Suryanugraha, OSC, Drs., SLL. Pius pun berharap Romo Budi bisa berbagi pengalaman dan pedoman sebagai masyarakat digital.

“Untuk masyarakat di era digital ini, Romo Budi Bisa memberikan pencerahan untuk kita apa hal-hal yang perlu menjadi pedoman dan apa perlu kita lakukan. Romo bisa mengajak kita berdamai di hati dan pikiran sebagai masyarakat digital,” tutur Pius.

Pandemi Covid-19 tak dimungkiri membuat tiap orang mau tak mau masuk ke era perubahan digitalisasi dengan segala keterbatasan, kegagapan, dan ketidaktahuan. Bahkan mungkin masih ada yang mengalaminya hingga kini walau tidak seperti awal pandemi Covid-19 melanda Indonesia.

Romo Budi menuturkan, sudah sewajarnya kita memiliki pemahaman tentang bagaimana cara memanfaatkan teknologi. Dia pun mengatakan bukan pribadi yang intens menggunakan teknologi digital, tetapi di masa pandemi saat ini hal itu menjadi suatu ‘kondisi’ tidak bisa tak dilakukan, bahkan dalam berbagai aspek.

“Bagaimana membuat teknologi menjadi ruang bagi kita menjadi damai dalam memanfaatkan teknologi. Bukan hanya melihat sisi-sisi gelap di dalam teknologi, tetapi juga ada sisi-sisi terang. Misalnya media sosial yang merupakan bagian dari teknologi digital itu punya dampak yang luar biasa positifnya. Kadang-kadang di luar dugaan kita, termasuk di luar dugaan saya,” ujar Romo Budi.

Romo Budi menyatakan, dirinya melihat dan mengalami langsung bahwa teknologi bukanlah suatu hal laknat, tetapi menjadi suatu berkat. Mengutip kalimat Romo Setyo Wibowo rekannya di Serikat Yesus, menyebut bahwa teknologi memiliki sisi terang dan sisi gelap dan akan selalu bertransformasi. Kita bisa mengambil sikap atas perubahan teknologi kalau paham esensinya.

“Tanpa memahami jati diri teknologi, kita ditantang mencari sikap yang tepat di depan teknologi. Kalau tidak, kita hanya mirip lalat di dalam botol kaca yang berupaya terbang keluar darinya. Selama si lalat tidak sadar bahwa dirinya di botol kaca bening, meski ia merasa ada jalan lapang di depan, semua upayanya sia-sia belaka. Era digital saat ini itu bisa membuat kita seperti lalat ini, lalu kita harus buat apa? itu yang jadi pertanyaannya,” ucapnya.

Dia mengatakan, teknologi jelas berguna dan tidak ada orang yang menyangkalnya. Misalnya saja, berkat sains dan teknologi, manusia mengembangkan vaksin dengan teknik baru mRNA sehingga vaksin dibuat dengan cepat dan massal guna menangkal pandemi.

“Tetapi ketika teknologi merusak kemanusiaan kita harus hati-hati,” kata Romo Budi.

Menurut dia, teknologi yang serba positif tentu bisa kita manfaatkan, walaupun tidak mungkin bisa menggantikan sentuhan personal, sentuhan spiritual, dan lainnya. Lebih lanjut, teknologi sudah sepatutnya tak dilihat sebagai laknat, tetapi berkat. Terutama di era pandemi ini, mau tidak mau teknologi digital itu wajib.

Romo Budi pun menuturkan, universitas harus mengambil peran sebagai sumber literasi digital bagi mahasiswa agar mereka bertanggung jawab secara etis dalam penggunaan teknologi digital dan media sosial. Teknologi mestinya menjadi sarana manusia, bukan jadi alat untuk membelenggu. Manusia pun dituntut untuk menguasai teknologi demi kepentingan masyarakat.

“Tidak semua menyenangkan memang, ada beban-beban, tapi beban itu enggak terus membelenggu kita. Ada kemerdekaan, ada berkat yang di luar dugaan kita,” tuturnya. (Ira Veratika SN-)

Artikel Hari Studi FISIP UNPAR: Berdamai dengan Beban Digital diambil dari situs web Universitas Katolik Parahyangan.

Berita Terkini

Menilik Relasi Masyarakat Baduy dan Agama dalam Sudut Pandang Geise

Menilik Relasi Masyarakat Baduy dan Agama dalam Sudut Pandang Geise

UNPAR.AC.ID, Bandung – Sampai saat ini, masyarakat sering kali menghakimi atau mendiskriminasi suatu golongan tertentu yang masih kental dengan adat serta budaya seperti masyarakat adat, serta mengaitkannya dengan agama. Namun, Mgr. Geise, seorang misionaris sekaligus...

Kontak Media

Divisi Publikasi

Kantor Pemasaran dan Admisi, Universitas Katolik Parahyangan

Jln. Ciumbuleuit No. 94 Bandung
40141 Jawa Barat

Aug 19, 2021

X